I. SEMANGAT WARGA PASCA SIKLUS
Semangat warga mengikuti Soswal
Antusias masyarakat menyambut kedatangan Program PNPM MPk dikecamatan Kedaton bermula dari penyerapan informasi berantai yang sempurna difase siklus. Berangkat dari rasa ingin tahu dan memberi tahu antar sesama warga terhadap pentingnya substansi program dilanjutkan dengan hasrat mereka yang kuat untuk menjadi Berdaya-Mandiri-Madani ditambah dengan munculnya anak-anak muda dibarisan terdepan selaku motor penggerak, sebuah parameter keberhasilan sosialisasi awal tentunya. Masyarakat kecamatan Kedaton sebagai suatu hegemoni yang besar, rupanya telah siap menyambut fase baru pasca siklus yakni : fase BLM. Kami sebagai Tim sadar, bahwa kedepannya tantangan, hambatan dan rintangan telah menunggu. Sebuah konsekwensi logis didunia pemberdayaan. Satu hal yang terus memotivasi kami adalah : bahwa kelak permasalahan-demi permasalahan yang timbul adalah proses pembelajaran yang semakin mematangkan kami.
II. KONDISI RIIL DILAPANGAN ( kendala, tantangan dan solusi )
Kedepannya dalam hal berinteraksi dengan warga : kalimat, sikap sarkastis dan perlakuan tendensius tak akan membuat personal Tim berkecil hati, sanjung puji tak akan membuat Tim bersombong diri.
INFORMASI SEPOTONG MELAHIRKAN PERSEPSI YANG SEPOTONG
Warga yang melontarkan kritik
“LKM dan UP-UP tidak adil dan pilih kasih! Seluruh RT telah menikmati kegiatan PNPM MPk kecuali RT kami. Kenapa RT kami selalu dianak tirikan?” Demikian ucapan kritis dari salah satu warga Kelurahan Kampung Baru disela-sela Launching Kegiatan Fisik BLM Termin ke II diaula Kelurahan. Karuan saja audience yang hadir tidak suka dengan cara sibapak yang tiba-tiba menginterupsi jalannya acara. Kemudian Tim beserta dengan Koordinator LKM mencoba untuk mengklarifikasi lebih lanjut.
KOORDINATOR LKM YANG MENANGIS DIHADAPAN KAMI
Kami melakukan double job! Ya, selaku motivator layaknya Mario Teguh! Keadaan menuntut kami harus bisa memotivasi spirit mitra kerja kami ( LKM, Up-UP, KSM, relawan dan warga ) diseluruh wilayah dampingan. Berikut salah satu satu kisahnya..........
FASILITATOR VS “ PARA PENEMBAK JITU”
Dua Tomas pria yang pro aktif
Sering kali dalam tiap pertemuan yang bersifat Big moment atau Main Event PNPM MPk diwilayah kami, hadir disana beberapa Tomas dan Toga[1] berpengaruh yang disegani warga. Yang cukup merepotkan kami, umumnya beliau-beliau ini “Show off” memperlihatkan powernya didepan publik. Tak segan mereka beralih fungsi menjadi penembak jitu mengkritisi Fasilitator atau Juklak-juknis PNPM MPk dengan kata-kata yang cukup memerahkan kuping. Apabila kemudian fasilitator terlihat grogi, tidak menguasai materi dan gugup, maka mereka terlihat sangat puas. Suatu ketika pernah kami melaksanakan sosialisasi awal disalah satu wilayah dampingan dan menjumpai Tomas dan Toga dengan “style” tersebut diatas. Merasa tidak setuju dengan konsep PNPM MPk yang menurut mereka bertele-tele, mereka mempengaruhi warga yang hadir, menuntut agar dana PNPM segera dicairkan dan dibagi rata perlingkungan! Biarlah mereka sendiri yang menentukan apa-apa saja yang dibutuhkan diwilayahnya. Suasana menjadi gaduh, kami satu Tim susah payah mengendalikan jalannya rembug. Warga yang sudah terprovokasi memojokkan kami dengan kata-kata yang tidak senonoh. Nyaris emosi kami terpancing. Bagaimana tidak? Kami datang dengan sopan serta menuturkan RKTL siklus dengan santun kepada warga, namun kehadiran tiba-tiba oknum Toga dan Tomas tersebut diatas memperkeruh suasana. Untungnya kami mampu menahan sabar untuk tidak mengeluarkan statement keras. Kami mengerti kode etik, konsekwensi dan resiko pekerjaan kami saat berhadapan dengan masyarakat. Kemudian rembug menjadi deadlock.
“Tinggalkan kesan baik saat jumpa pertama dengan warga ( Sosialisasi Awal ). Bersikaplah santun seperti layaknya seorang tamu bukan seperti tuan rumah. Mereka pasti akan menaruh respek. Satu hal lagi, kuasai substansi dan sampaikan dengan cara yang luwes, jangan pernah mencari musuh diwilayah dampingan!” [2]
DUTA PERDAMAIAN SAAT PERANG DINGIN
Saat pelaksanaan termin ke II mulai berjalan, beberapa staff LKM wilayah dampingan kami diundang kekantor kelurahan. Setelah berkoordinasi ringan, ibu Lurah menawarkan channelnya kepada LKM berupa pendelegasian beberapa orang tenaga ahli terkait pembuatan sumur bor dengan harga yang miring. Harapan kedepan, dana BLM bisa dihemat dan dialokasikan untuk kegiatan Sosial / Fisik lainnya. Hal ini menurut ibu Lurah perlu, mengingat animo warga yang sedemikian antusias. LKM kala itu tidak memberikan jawaban. ”Akan dikoordinasikan ke TF, UPL, KSM dan warga” jawab mereka. Ibu Lurah menunggu jawaban LKM sesegera mungkin. Kesibukan LKM kala itu memang luar biasa! Monitoring kegiatan berikut cross check ( kesesuaian R.A.B dengan kondisi fisik ) menjadi prioritas utama. Justru inilah awal mula masalah! Demikian sibuknya LKM hingga lupa menjawab tawaran ibu Lurah! Sementara pekerjaan sumur bor telah berjalan dan dihandle oleh KSM. Ibu Lurah menaruh syak wasangka bahwa inputnya sengaja dipandang sebelah mata alias diremehkan oleh LKM. Beliau marah besar. Entah darimana, tiba-tiba muncul rumor tak sedap bahwa sesungguhnya LKM terlanjur “main mata” dengan KSM sumur bor, sehingga enggan berkoordinasi dan menjawab bargaining orang nomor satu dikelurahan.
Sejatinya konflik ini bukanlah tipikal real deal conflict, mengingat tidak adanya kaitan secara langsung terhadap substansi. Namun demikian apabila permasalahan ini dibiarkan berlarut-larut maka dampaknya akan berakibat luas. Tim melihat bahwa satu-satunya figur yang disegani oleh dua lembaga elit level Kelurahan ini hanyalah ibu Niken Rahayu selaku PJOK Kecamatan. Segera kami menghadap beliau, berkoordinasi dan mengharapkan kesediaan beliau untuk memediasi pertemuan antara LKM dengan pihak Kelurahan mengingat keadaan semakin meruncing dengan enggannya ibu Lurah untuk menandatangani dokumen-dokumen penting PNPM MPk. “Sebelum LKM meminta maaf kepada saya secara terbuka didepan warga, saya tidak mau tanda tangan seluruh dokumen PNPM, titik…” ujar bu Lurah.
Seperti yang telah Tim duga sebelumnya, kehadiran PJOK membuat suasana menjadi sejuk. Dengan gayanya yang bersahaja beliau menegaskan bahwa permasalahan ini hanya misskoordinasi saja. Pantaskah Stake Holder dan LKM selaku bagian dari keluarga besar PNPM MPk saling bersitegang satu sama lain? Lalu bagaimana dengan warganya? Demikian inti dari wejangan PJOK. Kami yang hadir merasa tersentuh. Tim bersyukur, karena semenjak peristiwa berharga tersebut, hubungan antara LKM dan pihak Kelurahan bertambah harmonis. Bahkan rapat-rapat besar PNPM MPk macam Launching BLM dan rembug warga kini selalu dilaksanakan diaula Kelurahan.
III. INILAH PEMBERDAYAAN…….! INILAH PEMBERDAYAAN…….!
TIDAK MENGENAL TUA-MUDA, PRIA-WANITA, MISKIN-KAYA
Pelaksanaan kegiatan Sumur bor termin ke II dikelurahan Kampung Baru berjalan sangat fenomenal, warga secara bersama-sama terjun kelapangan memberikan bantuan fisik maupun materi. Suasana gotong royong begitu kental terasa. Ibu-ibu pemilik warung nasi dan jajanan tanpa dikomando menyuguhkan kopi serta cemilan secara gratis kepada para relawan! Mereka tahu persis bahwa makin cepat sarana sumur bor berdiri, maka makin mudah mereka memperoleh air bersih yang selama ini jadi permasalahan bersama. Buah manis yang warga rasakan pasca kegiatan selesai ialah berkunjungnya bapak Walikota Bandar Lampung untuk meresmikan sarana sumur bor tersebut.[3]
TERBENTUR MASALAH DANA ? YA SWADAYA !
Pelatihan Tata Boga, Pernak-Pernik serta Bordir dikelurahan Surabaya sangat menarik minat ibu-ibu. Peserta yang hadir dengan tekun mengikuti bimbingan yang diarahkan oleh tutor. Ketika pelatihan telah selesai, ibu-ibu yang tetap semangat ini berinisiatif untuk terus melanjutkan kegiatan. Namun dana BLM telah terserap habis, yang tersisa hanya aset-aset Pelatihan kegiatan. Ibu-ibu berembug melibatkan LKM. Intinya Pelatihan harus tetap berjalan, dana akan disiapkan dengan cara swadaya bersama. Hasilnya? Kegiatan pernak-pernik, bordir serta tata boga terkonsentrasikan pada suatu tempat layaknya Mini Home Industry, bahkan hasilnya sudah bisa dikomersilkan! Puncak prestasi para Megawati Kelurahan Surabaya ini ialah saat Walikota Bandar Lampung dalam kunjungan resminya turut mencicipi kue buatan KSM Tata Boga.
SANG PENJELAJAH
Andi berbaur dengan KSM
Adalah Andi Wahyudi, anak muda Kelurahan Kedaton yang sangat antusias mengikuti program PNPM MPk semenjak dari fase siklus hingga BLM. Mobilitasnya begitu tinggi. Berinteraksi dengan Tim, LKM dan warga penerima manfaat adalah kebiasaan
Sering kali person yang bersangkutan koordinasi ke Base Camp, menanyakan semua hal-hal baru yang belum ia mengerti pada kami. Tak heran kian hari, substansi Andi tentang PNPM MPk semakin bertambah. Keberadaannya yang cekatan dan hapal seluruh titik-titik penting lokasi kegiatan sangat membantu Pak Johny Pasaribu selaku Koordinator LKM.
Seorang Andi kerap kali melakukan uji banding kekelurahan lain untuk mengcross check pekerjaan fisik melalui tanya jawab dengan LKM, UPL serta warga. Karena pembawaannya yang supel, maka tak heran bila kenalannya di PNPM MPk demikian banyak, baik diwilayahnya sendiri maupun dikelurahan yang lain. Selaku UPL, Andi termasuk ringan tangan. KSM manapun yang ia temui selalu diajak berkonsultasi seputar permasalahan tekhnis. Tak segan-segan Andi turun tangan langsung dan berbaur dengan anggota KSM seperti yang terlihat pada dokumentasi diatas.
Tim 10 melihat sosok Andi sebagai “aset berharga.” Sebab itu kami mentransfer : substansi Tridaya, teknis sosialisasi, pembuatan proposal berikut LPJ kepada Andi. Pertimbangan kami ialah dia pasti menularkan kembali apa yang telah ia peroleh kepada seluruh warga, terutama kepada anak-anak muda. Harapan LKM dan Tim 10 : bahwa Kelurahan Kedaton kedepannya kelak memiliki Andi-Andi yang lain……….[4]
Semoga paparan kisah-kisah bernafaskan pemberdayan dari Tim 10 diatas menjadi sebuah pengalaman berharga bagi seluruh pelaku PNPM MPk dimana saja berada. Paparan kisah diatas sekaligus menjadi motivasi serta otokritik bagi Tim ini, agar kelak kedepannya kami semakin matang dan dewasa, baik dalam segi substansi, progress maupun interaksi sosial dilapangan, Amiin.
[1] Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
[3] Dideskripsikan secara khusus dalam Best Practise sub : Infra Struktur “ SWADAYA FULL, SUMUR BOR MUNCUL…!! ” menitik beratkan tema pada sisi pemberdayaan dalam hal gotong royong serta kesesuaian kegiatan dengan pattern MDG’s dibidang kesehatan. ( Dedicated to Askot Infra Struktur: Mrs. Mardiana ST. In progress status.With 5W+1H thus Hyperbolic Concept and exclusive interview methods )
[4] Profil saudara Andi Wahyudi dideskripsikan secara khusus dalam Best Practise “ SANG PENJELAJAH ” bertemakan eksistensi relawan penggerak yang memiliki mobilitas tinggi / The Voyager. (Still in progress, Based on 5W+1H Concept with exclusive interview methods )