Rabu, 07 April 2010

MASIH ADAKAH GOTONG ROYONG DI KOTA BANDAR LAMPUNG???

Gotong Royong Muncul Volume Bertambah

Di zaman sekarang nilai–nilai luhur kehidupan di masyarakat khususnya gotong royong makin lama makin memudar apalagi untuk kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.

Kelurahan Way Kandis merupakan salah satu kelurahan yang terletak di kecamatan Tanjung Seneng Kota Bandar Lampung, dengan beragam suku adat istiadat dan bermacam-macam jenis mata pencanahariannya.

Pada awalnya masyarakat Kelurahan Way Kandis kurang peduli dengan pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah daerah, sehingga pembangunan-pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah, mereka kurang untuk menjaga dan merawat karena rasa memilikinya masih kurang.

Masyarakat kelurahan Way Kandis dalam melaksanakan kegiatan terutama kegiatan lingkungan yang didanai oleh BLM PNPM, mereka melaksanakannya dengan cara semi gotong royong, bahkan ada kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong penuh jadi mereka tidak menuntut upah, sehingga volume bisa bertambah karena mereka sadar bahwa kegiatan yang dibangun adalah untuk kepentingan mereka sendiri.

Semoga semangat kebersamaan dan gotong–royong yang ada di masyarakat kelurahan Way Kandis dan seluruh Kota Bandar Lampung dapat terjaga dan dilestarikan. Amin…….

BERSAMA KITA BISA

Kebersamaan dan Gotong –royong itu harus kita lestarikan

Di zaman sekarang ini nilai – nilai luhur kehidupan di masyarakat yaitu musyawarah untuk mufakat, gotong royong, dan rasa kebersamaan itu makin lama makin memudar apalagi untuk kehidupan masyarakat di daerah perkotaan, padahal banyak sekali permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitarnya baik itu masalah social, masalah ekonomi maupun masalah lingkungan, ditambah lagi beragamnya suku, mereka asik dengan urusan masing-masing.

Kelurahan Harapan Jaya merupakan salah satu kelurahan yang terletak di kecamatan Sukarame, mata pencaharian masyarakatnya bermacam-macam ada yang bertani, tukang, PNS, Wiraswasta, buruh, dagang dan lain-lain. Masyarakatnyapun meragam suku, ada Jawa, Sunda, Batak, Lampung, Palembang, Madura dan lain-lain.
Pada awalnya masyarakat Kelurahan Harapan Jaya kurang peduli dengan pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah daerah, sehingga pembangunan-pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah, mereka kurang untuk menjaga dan merawat karena rasa memilikinya masih kurang.

Semenjak program PNPM perkotaan masuk mereka sedikit-demi sedikit mulai sadar akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungannya, mereka mulai belajar menggali permasalahan-permasalahan yang ada baik itu permasalahan social, ekonomi, maupun lingkungan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki. Dan semua itu dirangkum dalam PJM Pronangkis. Mereka juga belajar bermusyawarah untuk memilih wakil-wakil mereka yang mereka anggap layak sesuai dengan criteria seorang pemimpin, yang akan duduk dalam suatu lembaga masyarakat yang mereka beri nama : “ LKM JAYA BERSAMA”
Setelah mendapatkan bantuan BLM, merekapun melelui musyawarah menentukan skala prioritas kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dalaksanakan dengan menggunakan dana BLM.
Masyarakat kelurahan Harapan Jaya dalam melaksanakan kegiatan terutama kegiatan lingkungan yang didanai oleh BLM PNPM, mereka melaksanakannya dengan cara semi gotong royong, bahkan ada kegiatan yang dilakukan dengan gotong royong penuh jadi mereka tidak menuntut upah, karena mereka sadar bahwa kegiatan yang mereka bangun itu adalah untuk kepentingan mereka juga. Dan akhirnya segala permasalahan yang ada di kelurahan Harapan Jaya sedikit demi sedikit dapat teratasi, itu semua berkat kebersamaan dan gotong-royong yang merupakan bagian dari nilai-nilai luhur kehidupan di masyarakat.

Mudah – mudahan semangat kebersamaan dan gotong – royong yang ada di masyarakat kelurahan Harapan Jaya dapat terjaga dan lestari. Amin…….

KUE KERING PNPM PENGGANTI SETORAN SUAMI


Aktifitas wanita paruh baya yang saya temui di teras rumahnya yang sederhana di Pekon Sidoharjo, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, hari Selasa sore tanggal 9 Februari 2010, setidaknya membuktikan bahwa keberadaan PNPM Mandiri Perkotaan yang masuk ke kota seribu bambu ini, manfaatnya cukup dirasakan oleh para kaum miskin di kota ini.

Betapa tidak, dari kebiasaan lama para ibu rumah tangga yang biasanya hanya duduk-duduk sambil menghabiskan waktu menunggu suaminya pulang mencari nafkah sebagai kuli bangunan, tukang ojek atau tukang becak, saat ini ibu-ibu rumah tangga khususnya yang tinggal di lingkungan I telah memiliki kesibukan baru yang menghasilkan uang. Cukup untuk membantu menopang ekonomi keluarga agar tidak goyah, dan yang pasti tidak masuk perangkap rentenir.

Dengan canda riang dan terkadang “genit” para ibu rumah tangga ini, terus memainkan tangan terampilnya membuat kue kering yang nantinya akan dijual langsung, atau dititipkan ke warung-warung bahkan toko-toko yang ada di Kabupaten Pringsewu.Terampilnya ibu-ibu ini membuat kue kering, ternyata menurut pengakuan Warsiti (42) tidak lepas dari peran PNPM Mandiri Perkotaan, yang pada saat perguliran dana BLM tahap I diadakan pelatihan pembuatan kue kering, melalui kegiatan sosial.

“Dulunya kami ini hanya duduk-duduk saja mas, sambil momong anak di rumah. Nunggu bapaknya pulang cari duit. Mbecak itu loh mas,” ujar Warsiti. Namun setelah ada pelatihan membuat kue kering, dari PNPM Perkotaan, ibu-ibu di wilayah sini bisa cari duit tambahan juga mas, ya begini buat-buat kue kering lalu dititipkan ke warung-warung atau toko, lumayan mas,” tambah ibu dua anak ini yang akrab disapa Mak Siti.

Lebih lanjut dia menambahkan, awalnya ada fasikator (mungkin maksudnya fasilitator) yang mengajak rapat ibu-ibu katanya mau ada pelatihan gratis. Terserah apa yang dikehendaki, usulannya apa, yang bermanfaat. Kami bingung, lah wong kita ini orang bodo-bodo kok disuruh buat usulan, ditulis lewat proposal, diajukan, apa ya bisa keluar duitnya,” ujarnya polos.

“Namun setelah proses yang cukup lama, akhirnya kegiatan itupun jadi juga. Pesertanya banyak, ibu-ibu rumah tangga semua, rame banget mas, mungkin karena gratis itu mas” tambahnya. Singkat cerita, setelah mendapatkan ilmu membuat kue, kelompok ibu-ibu rumah tangga inipun bingung, karena masalah klasik, tak ada modal untuk mulai usaha.

Namun berkat kemauan yang cukup besar untuk merubah nasib, ibu-ibu inipun akhirnya nekad menemui Kepala Pekon Sidoharjo, minta sumbang sarannya. Akhirnya disepakati, untuk modal awal ibu-ibu inipun iuran untuk membuka usaha kue kering. “Tak disangka mas, hasilnya lumayan, akhirnya kami ketagihan dan menekuni usaha ini. Alhamdulilah sampai sekarang jalan,” ujar Mka Siti.

Selain bisa membantu ekonomi keluarganya, usaha kue kering ini juga dapat merubah citra wanita atau ibu-ibu di lingkungan I Pekon Sidoharjo ini, pasalnya mereka telah berdaya, minimal tidak lagi menunggu “setoran” suaminya untuk belanja keperluan dapur, karena untuk hal itu mereka telah mampu memenuhinya sendiri. (Darsono)

Usaha Lancar, Cicilan Terbayar, Buah Kedisiplinan & Menabung........

Mana bisa punya usaha, punya rumah dan barang-barang yang oke kalau tidak berutang? Meski ada penghasilan, tapi tidaklah cukup kalau harus mendapatkan ketiganya secara bersamaan dan secara cash. Kalau harus menabung dulu sebelum membeli, mau sampai kapan bisa kebeli? Jadi, utang sepertinya menjadi solusi yang cepat dan mudah dilakukan. Toh kita masih bisa mencicilnya. Mungkin benar, tapi ingat lo, bila tak disikapi dengan benar serta disiplin, salah-salah kita malah terlilit utang yang tak berujung.

Utang berkepanjangan terkadang timbul di luar dugaan atau control kita. Kesulitan tersebut sering kali berpotensi merusak kestabilan keuangan keluarga. Bahkan tak jarang pada sebagian orang, utang terus mengejar sampai mati. Agar tak terlilit utang sedemikian parah, ada beberapa tip bermanfaat yang patut kita cermati.

Seperti yang dilakukan warga Kelurahan Campang Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur Bandar Lampung. Bagi mereka anggota KSM peminjam dana ekonomi bergulir, disiplin membayar dan menabung adalah kunci sukses mengelola utang menjadi sumber modal tanpa membawa mereka kearah utang berkepanjangan.

Mereka sebagai anggota KSM peminjam sadar betul bahwa disiplin membayar angsuran tepat pada waktunya membawa banyak manfaat. Tidak hanya sebagai pembelajaran bagi diri sendiri, namun juga membantu kelancaran pengelolaan dana bergulir yang pada akhirnya dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh warga lainnya.

Tidak hanya disiplin membayar tepat waktu, mereka juga membiasakan menabung sejak awal. Mereka memiliki tabungan harian yang disetorkan melalui pengurus di pasar temple Cikatomas Campang Raya. Blangko tabungan ditempel di dinding pasar oleh pengurus, sehingga anggota KSM yang menabung bisa tahu berapa jumlah tabungan yang sudah disetor. Besarnya tabungan tidak dipatok, sesuai dengan kemampuan masing-masing anggota. Tabungan ini pulalah yang akhirnya membantu mereka di akhir dan awal bulan, ketika jatuh tempo dan mereka tidak memiliki cukup uang, pengurus akan mengambil tabuangan sebesar cicilan untuk membayar angsuran mereka.

Ini merupakan salah satu kunci sukses, mengapa tingkat pengembalian (RR) pinjaman di Kelurahan Campang Raya selalu bertahan 100% dari awal hingga tulisan ini dibaca oleh kita semua, di samping kinerja UPK dan LKM yang baik.

Rasanya tidak ada lagi yang membantah, bahwa menabung itu penting adanya. Menabung di Bank merupakan yang paling popular dan dikenal luas masyarakat. Namun jika melihat kenyataan di atas, menabung dapat dilakukan dimana saja.

Memang menanamkan kebiasaan baik itu tidak mudah. Harus dilakukan sejak dini serta dibutuhkan upaya terus menerus dan pengalaman. Mengalami sendiri memberikan kesan yang mendalam dan tidak mudah dilupakan. Terkadang untuk menabung di Bank warga memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain karena kondisi masyarakat cukup jauh dari jangkauan Bank atau masayarakat sendiri masih tidak familiar dengan dunia Bank. Dari itu dituntut kejelian dari pengurus UPK dan LKM untuk mengkoordinir tabungan anggota KSM demi terwujudnya kebiasaan yang baik dan tentu saja tercapai RR 100%.

Nah, tunggu apalagi?

Sabtu, 03 April 2010

POSKESKEL YANG DINANTI

Sehat merupakan kunci dari segalanya, dengan memiliki jiwa dan tubuh yang sehat, orang dapat melakukan dengan segala aktivitasnya dan dengan jiwa sehat dapat berfikir dengan sehat, dan sehat itu mahal maka dari itu kesehatan harus dijaga setelah memperbaiki raga dan jiwa yang sehat, kita melihat kembali untuk mendukung kesehatan, yaitu dengan melihat sarana dan prasarana lingkungan, apakah keadaan sekitar (infrastruktur) sudah sehat juga????. Kelurahan Rajabasa Raya merupakan bagian dari Kecamatan Rajabasa yang sebagian penduduknya berada di bawah garis kemiskinan, dan mereka masih membutuhkan uluran atau bantuan dari pemerintah baik dalam hal infrastruktur maupun kesehatan. Kesehatan dalam hal ini adalah biaya berobat murah untuk golongan masyarakat menengah kebawah. Pemerintah telah memberi bantuan untuk masyarakat menengah kebawah Kelurahan Rajabasa Raya dalam bidang kesehatan, yaitu salah satunya disediakannya sarana kesehatan yaitu Poskeskel yang terletak di komplek Perum Gelora Persada, Poskeskel yang selama ini telah berjalan masih menumpang atau meminjam Gedung/rumah masyarakat yang biasa digunakan masyarakat untuk kumpul atau tempat warga mengadakan rembug. Selama poskeskel ini berjalan, keberadaannya sangat membantu masyarakat yang tidak mampu. Terlihat masyarakat datang ke poskeskel untuk berobat murah. Poskeskel ini terdapat tenaga medis yang menolong masyarakat yaitu Bidan yang ditunjuk dari puskesmas/dinas kesehatan dan hadir seminggu tiga kali untuk memberi layanan kepada masyarakat.

Pembangunan Poskeskel 80%

Program Nasionl Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MPk) hadir di Kecamatan Rajabasa, Kelurahan Rajabasa Raya dari tahun 2008. PNPM-MPk merupakan salah satu program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, melalui program pemerintah ini, pemerintah berusaha untuk mewujudkan keinginan masyarakat yaitu salah satunya dengan membangunkan gedung poskeskel yang selama ini masih menumpang. Pertama kalinya gedung poskeskel dibangun oleh PNPM-MPk untuk kecamatan Rajabasa, kelurahan Rajabasa Raya.

Pembangunan Poskelkel 50% yang telah dinanti-nanti sekian lama

Pembangunan poskeskel ini dilaksanakan pada BLM 3 yang mana pada saat ini pembangunannya sedang berjalan, pelaksana pembangunan gedung poskeskel dilakukan oleh masyarakat Rajabasa Raya sendiri dengan dibentuknya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang bernama KSM Bina Sehat. Pelaksanaan pembangunan poskeskel tidak lepas dari pengawasan pendamping, dan KSM selalu berkoordinasi dengan pendamping untuk membangun poskeskel sesuai dengan rencana. Lokasi pembangunan poskeskel ini tidak jauh dari tempat/lokasi poskeskel yang lama, kira-kira 5 meter kearah barat tepatnya RT.15 LK.II. Pembangunan poskeskel ini dibangun diatas bidang tanah seluas 15 x 30 M2 dan merupakan tanah developer yang telah dialihkan ke pemerintah dan dihibahkan untuk fasilitas umum. Pembangunan poskeskel ini memakai dana BLM PNPM-MP Rp. 38.500.000,- swadaya Rp 3.835.000,- , total keseluruhan Rp. 42.335.000,-. pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan pada pertengahan bulan pebruari 2010 dan pekerjaan pembangunan poskeskel saat ini memasuki 80%, pekerjaan pun dikebut dan direncanakan akhir maret ini telah selesai. Untuk mendukung percepatan pembangunan poskeskel, masyarakat pun turut andil atau memberikan batuan dalam bentuk tenaga, makanan, minuman. Pembangunan poskeskel ini direncanakan akan mengkombinasi dua program yang di Kota Bandar Lampung yaitu GEMMA TAPIS dan PNPM-MPk, bisa disebut juga kolaborasi 2 Program pengentasan kemiskinan. Mereka bersinergi, saling melengkapi satu dengan yang lain yaitu untuk pembangunan gedung poskeskel dilaksanakan oleh PNPM-MPk dan pengerjaan untuk halaman yang akan dipaving dan drainase akan dilakasanakan oleh GEMMA TAPIS-POKMAS. Apa yang direncanakan semoga dapat terlaksana dan layak mendapatkan applouse. Pelaksanaan pembangunan poskeskel ini dikebut atau dipercepat agar bisa mengikuti lomba poskeskel se-Bandar Lampung dan harapannya dapat memenangkan kembali, untuk poskeskel kelurahan Rajabasa Raya pernah beberapa kali memenangkan lomba poskeskel se-Bandar Lampung, harapan tidak hanya berhenti sampai disitu saja, dengan berdirinya gedung poskeskel yang sedikit agak luas semoga masyarakat bisa mendapatkan pertolongan pertama pada warga yang sangat membutuhkan terutama masyarakat yang kurang mampu, mengingat jarak puskesmas yang agak jauh dari kelurahan Rajabasa Raya dan semoga masyarakat juga dapat memanfaatkan gedung poskeskel ini dengan maksimal dengan fasilitas yang ada.


LOYALITAS KETUA KSM, PAVING BERGANTI ASPAL

Kelurahan Gotong Royong adalah salah satu kelurahan yang berada ditengah kota propinsi Lampung, yang di dalamnya terdapat beberapa sekolah ternama, perkantoran pemerintah dan perkantoran Polisi Kota Besar (Poltabes) serta komplek perumahan polisinya. secara kasat mata atau selintas dipandang, untuk kegiatan infrastruktur nampaknya tidak ada lagi jalan yang rusak atau memang belum disentuh oleh pemerintah kota Bandar Lampung. Tetapi jika ditelusuri kedalam-dalamnya dengan mengunjungi RT-RT dikelurahan Gotong Royong, masih ditemukan jalan tanah yang belum disentuh oleh pemerintah kota Bandar Lampung, dan jalan-jalan lain, drainase atau saluran air yang harus direhab kembali setelah beberapa waktu tahun lalu dibangun, yang kini terdapat kerusakan-kerusakan.

Salah satu bangunan lama yang sudah mengalami kerusakan adalah bangunan paving yang dibangun sekitar tahun 2000. Melalui PNPM-MPk yang ada diKelurahan Gotong Royong dengan LKMnya yang bernama LKM Goro Sejahtera, warga RT.04 LK. II mengajukan rehab pembangunan jalan paving dengan membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yaitu KSM Sutoyo Rapih. Setelah melalui rembug warga beberapa kali, masyarakat atau warga RT.04 LK. II meminta penggantian kegiatan, bahwa mereka menginginkan kegiatan paving diganti dengan kegiatan pengaspalan jalan. Ini merupakan hal baru dalam PNPM-MPk, dan belum pernah kegiatan pengaspalan jalan sejak PNPM-MPk masuk ke Propinsi Lampung, dan biasanya pekerjaan atau pengaspalan jalan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum atau Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung. Kami sebagai fasilitator TIM 11 yang mendampingi Kelurahan Gotong Royong yang pada waktu itu sebagai Senior Fasilitator adalah Ismiyati, meminta kepada ketua KSM Sutoyo Rapih untuk segera mengumpulkan dana swadaya di depan. Dengan semangat yang tinggi dan kemauan yang keras, ketua dan anggota KSM Sutoyo Rapih keliling dari rumah ke rumah warga agar sekiranya warga mau memberi bantuan untuk pembangunan jalan (pengaspalan jalan) sesuai dengan kesepakatan bersama. Perjuangan atau Usaha Ketua KSM Sutoyo Rapih, sempat mendapat cacian/Isu (Kabar tak jelas), bahwa Bapak Umaidhy selaku ketua KSM sutoyo Rapih mendapat tuduhan bahwa dia mendapatkan untung atau mengabil keuntungan dari dana swadaya yang dikumpulkan. Dari hasil rembug/bersama setiap rumah dikenakan bantuan swadaya yang telah ditentukan, semangat yang tinggi pun sempat turun/melemah dengan adanya kabar miring tersebut. Ketua KSM pun memutuskan kembali pada kegiatan semula yaitu kegiatan paving blok. Pada saat kegiatan akan berjalan, warga kembali tidak setuju. Akhirnya ketua KSM mengembalikan lagi kepada warga untuk memutuskannya, jika ingin pengaspalan jalan, warga harus memberi bantuan swadaya karena dana yang ada tidak tercover/tercukupi untuk pengaspalan jalan sepanjang 275 M2, Wargapun bersedia berswadaya dan Pundi-pundi rupiahpun terkumpul dari warga. Ditengah kota ternyata masih ada warga yang mau menyisihkan sedikit uangnya demi pembangunan jalan. Swadaya tidak hanya berupa uang terkumpul tetapi ada swadaya dalam bentuk lain yaitu berupa makanan, minuman dan tenaga-tenaga.

Disisi lain KSM Sutoyo Rapih memperjuangkan agar kegiatan pengaspalan jalan terealisasi, TIM 11 juga memperjuangkan keinginan/harapan mereka dengan pihak kota (asisten kota infrastruktur korkot 1), kegiatan pengaspalan jalan ini sempat ditolak oleh Askot infrastruktur karena dana yang ada tidak mencukupi untuk pengaspalan jalan, dana tersebut hanya cukup untuk pengajuan awal (paving blok) dan pengaspalan dilakukan oleh pemerintah daerah atau dinas pekerjaan umum dan PNPM-MPk sejak pertama kali masuk ke propinsi lampung yang waktu itu masih bernama P2KP-3. Dana untuk kegiatan pengaspalan membutuhkan dana yang cukup besar, dengan dana BLM sebesar Rp. 13.350.000,- tidaklah mencukupi untuk Volume 275 M2, akan tetapi jika penggantian tersebut atas kemauan masyarakat maka diperbolehkan oleh askot infrastruktur dengan catatan swadaya masyarakat dimuka. Karena kemauan masyarakat yang kuat untuk kegiatan tersebut, swadaya yang terkumpul sebesar Rp. 1.650.000,-. Dengan dana BLM dan swadaya tersebut diatas, kegiatan/pekerjaan tersebut berjalan. Swadaya lainnya dalam bentuk makanan, minuman, dan sumbangan tenaga. Volume pekerjaan semula yang harus dikerjakan 275 M2, dikerjakan lebih dari volume tersebut. Volume pekerjaan menjadi 330 M2. Setelah pekerjaan selesai, masyarakat/warga merasa gembira baik masyarakat/warga sebagai penerima manfaat langsung, maupun masyarakat lain yang bukan penerima manfaat tidak langsung. Kegiatan/pekerjaan ini mendapat acungan jempol dari Bapak Walikota Bandar Lampung pada saat kunjungan kerja GEMMA TAPIS – POKMAS dikelurahan Gotong Royong, dengan dana tersebut pengaspalan dapat terealisasi. Ada satu hal yang sangat disayangkan, pekerjaan tersebut diklaim bahwa itu pekerjaan POKMAS, yang lalu biarlah berlalu, masyarakatpun tahu kalau itu adalah pekerjaan KSM Sutoyo Rapih – PNPM-MPk dengan adanya papan proyek yang terpampang/terpasang dari sebelum pekerjaan hingga pekerjaan selesai masih tetap ada. Kini jalan yang rusak menjadi bagus kembali.

JEMBATAN TERBENTANG; MASYARAKATPUN SENANG

E

sensi utama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah pembangunan komunitas. Komunitas merupakan subjek dan sekaligus objek utama dari program ini. Dalam kaitannya dengan penanggulangan masalah kemiskinan, masyarakatlah melalui Relawan melakukan refleksi terhadap kondisi kemiskinan di lingkungannya karena masyarakatlah yang secara riil merasakan kondisi kemiskinan tersebut sehingga dari proses refleksi yang partisipatif tersebut menghasilkan berbagai rumusan akar permasalahan, gejala-gejala, maupun dimensi-dimensi kemiskinan yang benar-benar factual dan spasial. Lebih lanjut, dalam PNPM dikenal dengan siklus Pemetaan Swadaya, esensinya pemetaan tersebut merupakan proses penggalian (pengidentifikasian) berbagai masalah baik menyangkut aspek ekonomi, social maupun permukiman/infrastruktur. Proses ini merupakan tahapan vital dalam kaitannya dengan perumusan rencana tindak lanjut untuk megatasi berbagai masalah tersebut.

Berikut ini adalah salah satu contoh urgensi dari proses Pemetaaan Swadaya (pengindentifikasian) masalah yang dilakukan secara otonom dan partisipatif oelh masyarakat melalui Relawan merupakan langkah awal menuju keberhasilan program/kegitan yang bermanfaat.

KETEPATAN DAN KEAKURASIAN PENGIDENTIFIKASI MASALAH ADALAH DASAR PERUMUSAN RENCANA TINDAK LANJUT YANG BAIK

Membanggakan dan selayaknya diberikan apresiasi lebih menyimak perjalanan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan BLM I PNPM Mandiri Perkotaan berupa Pembangunan Jembatan Plat Decker di Pekon Fajar Agung. Dilihat dari kondisinya, jembatan ini (kondisi lama) tidak layak pakai “sulit dilalui” padahal berlokasi pada status “jalan desa”. Dua hal mendasar tersebutlah yang melatarbelakangi usulan pembangunan jembatan (baru) tersebut, dimana hal ini sudah juga sudah terindenfitikasi dalam siklus pemetaan swadaya pada tahap-tahap/siklus yang telah dilakukan sebelumnya.

REVITALISASI PERAN MASYARAKAT DALAM BENTUK KSM KUNCI KESUKSESAN PROGRAM

Adalah KSM SURYA MANDIRI yang bertindak sebagai organisasi pelaksana kegiatan pembangunan jembatan tersebut. KSM Surya Mandiri terbentuk pada tanggal 15 April 2009 dengan Ketua Bapak Supono dengan anggota 5 (lima) orang dan beralamat di RT 03 Dusun I Pekon Fajar Agung. Berawal dari kepedulian terhadap kondisi dan permasalahan lingkungan/infrastruktur di Pekon Fajar Agung, Supono dan kelima anggota lainnya berkomitmen dan bersepakat untuk membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat di Pekon Fajar Agung, khususnya di wilayah Dusun I Pekon Fajar Agung. Bapak Supono dan kelima anggotanya nobatene adalah Relawan Pekon Fajar Agung yang telah mengikuti Pelatihan Relawan.

Dibutuhkannya jiwa-jiwa yang peduli, tanpa pamrih, jujur, dan ber tanggung jawab sebagai ‘ruh’ yang dibutuhkan program PNPM ternyata bukan sekedar ‘dongeng’ yang ada di alam idealita tetapi mampu dan nyata dapat kita jumpai pada alam realita, terutama dari Bapak Supono dan kelima para anggotanya.

Tak dapat dipungkiri, Pelatihan Relawan yang telah dilakukan pada masa-masa awal fase/siklus PNPM memberikan dampat tersendiri bagi para pesertanya. Berbagai topik/bahasan materi yang pernah didiskusikan pada pelatihan dahulu ternyata mampu dielaborasi dan intenalisasi oleh Bapak Supono dan kelima anggotanya. Bukan sekedar berefleksi secara kritis, sadar dan rasional terkait dengan berbagai permasalahan kemiskinan di lingkungannya, kelima orang tersebut juga mampu memproyeksikan rencana tindaklanjut/penyelesaian masalah, komitment dan action yang dibuktikannya dengan mengorganisir diri ke dalam kelompok, mengorganisir permasalahan di Dusun I dan ditindaklanjuti dengan mengajukan Proposal Kegiatan Pembangunan Jembatan Plat Decker di RT 3 Dusun I dengan dimensi fisik 4 x 6,35 m dan usulan pembiayaan BLM sebesar Rp. 9.701.000,-

MANAJERIAL ORGANISASI YANG BAIK SYARAT KESUKSESAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Sebagai bagian dari Tim yang melakukan verifikasi, justifikasi dan rekomendasi pengelolaan kegiatan, Tim 13 Faskel yang mendampingi Pekon Fajar Agung pada awalnya sempat sangsi dengan usulan tersebut berkaitan dengan besarnya dana yang diusulkan, mengingat dalam penilaian spesifikasi keteknikan dengan pertimbangan luas/dimensi, dan fungsi jembatan (jalur utama desa) idealnya pembiayaan untuk pembangunan jembatan tersebut minimal 15.000.000,- akan tetapi dengan adanya itikad, komitment dan perencanaan organisasi pelaksana kegiatan (KSM Surya Mandiri) khususnya dalam hal penggalangan sumber pembiayaan lain di luar BLM berupa Swadaya yang rasional akhirnya Tim 13 Faskel memberikan justifikasi dan rekomendasi bahwa pembangunan jembatan tersebut dapat dilaksanakan dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan teknis yang ada serta komitment adanya swadaya yang dibutuhkan.

Bebekal dari Usulan Kegiatan (Proposal) tersebut KSM Surya Mandiri yang dikomando oleh Bapak Suryono secara intensif melakukan Rapat Intern KSM untuk membahas dan mendisktribusikan fungsi dan peran kerja (job description) anggota kelompoknya. Bahasan utama dalam KSM ini diantaranya;

· Penyusunan Schedule (Jadwal Waktu) Pelaksanaan Kegiatan mulai dari; pembongkaran jembatan lama; pelebaran dan pendalaman kanal/sungai; pemasangan batu belah/pondasi; perangkaian anyaman besi cor, pengadukan dan pengecoran; pemasangan leneng; penimbungan hamparan tanah; dan pengecatan jembatan (finishing);

· Pembentukkan Tim Kerja Teknis Pembangunan; dalam hal ini ditunjuk antara lain masing-masing; Koordinator Pengadaan/Logistik/Material; Koordinator/Mandor Tenaga Kerja pelaksanaan kegiatan harian dengan penyusunan system penjadwalan gotong-royong warga per RT/hari;

· Pembentukan Tim Penggalang Dana; dalam hal ini dibentuk Tim Penggalang Dana yang dikoordinir oleh Bendahara dan Sekretaris untuk menggalang dana yang berasal dari Swadaya Murni Masyarakat dan Bantuan dari pihak-pihak lain/swasta/donator;

· Penyusunan Pola/Mekanisme Monitoring, Evaluasi dan Pemeliharaan dengan berkoordinasi dengan LKM melalui Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

Dengan dibentuknya sub tim tersebut, alhasil pelaksanaan pembanguna jembatan dapat berjalan dengan baik, sesuai rencana dan bahkan secara kualitas dan besaran pembiayaan mampu melebihi dengan apa yang sudah diusulkan dalam Proposal Kegiatan.

BUAH DARI KETEPATAN PENGIDENTIFIKASIAN MASALAH, KEPEDULIAN DAN KOMITMENT, SERTA PERENCANAAN YANG BAIK

Jembatan Plat Decker RT 03 Dusun I Pekon Fajar Agung mulai dibangun pada tanggal 19 Mei 2009 dan mampu diselesaikan pada tanggal 5 Juni 2009. Secara ‘fisik’ dimensi jembatan berukuran 4 x 6,35 m dimana dalam realisasinya tidak banyak mengalami perubahan, namun demikian secara ‘kualitas’ kondisi jembatan tersebut jauh melebihi standar spesifikasi maupun besaran pembiayaan yang dialokasikan dari BLM.

Bersasarkan hasil sertifikasi yang dilakukan oleh Satuan Kerja (Satker) PPK-PNPM Kabupaten Pringsewu dan Tim 13 Faskel Kabupaten Pringsewu, adanya peningkatan kualitas jembatan tersebut diantaranya adalah:

1. Adanya penambahan abutment (pasangan batu belah) yang pada dasarnya tidak teranggarkan pembiayaannya dalam stuktur pembiayaan BLM dengan kuota penambahan (swadaya) sebesar 2,4 M3 Batu Belah;

2. Pembangunan Leneng yang pada dasarnya tidak teranggarkan dan terspesifikasi secara teknis dalam struktur pembiayaan BLM dengan kuota penambahan (swadaya) sebesar 3 M3

3. Adanya Penimbunan Tanah di sekitar jembatan yang pada dasarnya tidak teranggarkan pembiayaannya dalam stuktur pembiayaan BLM dengan kuota penambahan (swadaya) sebesar 36 M3;

4. Teranggarkannya Penggunaan Mesin Pengaduk (Molen) Semen untuk pengecoran dimana dalam usulan kegiatan hanya dianggarkan penggunaan Tangan/Manual untuk pengadukan dengan nilai Rp. 500.000,-;

5. Tercapainya kualitas jembatan dengan nilai taksiran pembiayaan sebesar Rp. 21.000.000,-

Alhasil, bukan saja permasalahan keterbatasan mobilitas dan transportasi yang terselesaikan akan tetapi jika dicermati secara lebih holistic, pembangunan jembatan tersebut juga mampu memberikan kemanfaatan pada aspek-aspek kehidupan masyarakat Pekon Fajar Agung khususnya RT 03 Dusun I diantaranya:

· Dalam Perspektif Ekonomi; Pembangunan jembatan yang berada pada jalan desa tersebut akan mempermudah proses mobilisasi barang maupun jasa antar Pekon/Desa karena fungsinya yang juga menghubungkan dengan Pekon/Desa lainnya (Fajar Esuk)

· Dalam Perspektif Sosial; Pembangunan jembatan ini juga semakin memperlancar proses tranformasi informasi, khususnya antar warga Dusun/Lingkungan di Pekon Fajar Agung

· Dalam Perspektif Permukiman, Sarana dan Prasarana; Pembangunan jembatan merupakan solusi efektif menanggulangi banjir, khususnya di lingkungan jembatan tersebut berada dengan semakin lancarnya arus air yang melalui lorong jembatan.

· Dalam Perspektif Sosiologis; Pembangunan jembatan dengan nilai realisasi swadaya yang sangat tinggi ini dapat menjadi stimulant sekaligus pemacu bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya khususnya dalam hal pengelolaan pembiayaan

· Dalam Perspektif Manajemen dan Perencanaan; Pembangunan jembatan dengan kapasitas besar dengan schedule/jadwal yang sangat padat akan tetapi dapat direalisasikan juga menunjukkan bahwa manajemen organisasi pelaksana kegiatan benar-benar berfungsi dan dapat menjadi refleksi bagi organisasi pelaksana kegiatan-kegiatan lainnya.

TIADA MASALAH YANG TAK TERSELESAIKAN

Merefleksi dari proses pembangunan jembatan tentunya terdapat beberapa hal yang dapat kita ambil hikmahnya. Sekedar mengingatkan kembali bahwa kemiskinan merupakan masalah yang sangat komplek dan dimensional, bicara mengenai upaya penanggulangannya pun layaknya mengurai ‘benang kusut’ yang hampir tidak mungkin untuk dipecahkan apalagi dengan cara-cara yang konvensional. Namun demikian, dari perjalanan cerita tersebut, kemiskinan dalam konteks permukinan/infrastruktur setidaknya sedikit mampu terurai.

Pemetaan Swadaya yang dikenal dalam Siklus PNPM sejatinya adalah proses pengidentifikasian berbagai permasalahan yang benar-benar akurat, representative dan akomodatif karena masyarakatlah melalui Relawan yang melakukan proses tersebut. Bermodal dari daftar masalah tersebut, perencanaan tindak lanjut yang tepat dan komitment yang tulus yang termanifestasi dalam Kelompok Swadaya Masyarakat merupakan bentuk yang rasional dan efektif berfungsi sebagai motor pembasmi kemiskinan. Terakhir, tentunya menjadi dambaan bersama bila keteladanan dari proses pembangunan jembatan tersebut dijakikan sebagai bahan refleksi bagi pelaksanaan pembangunan/kegiatan-kegiatan lainnya.