Sabtu, 03 April 2010

JEMBATAN TERBENTANG; MASYARAKATPUN SENANG

E

sensi utama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah pembangunan komunitas. Komunitas merupakan subjek dan sekaligus objek utama dari program ini. Dalam kaitannya dengan penanggulangan masalah kemiskinan, masyarakatlah melalui Relawan melakukan refleksi terhadap kondisi kemiskinan di lingkungannya karena masyarakatlah yang secara riil merasakan kondisi kemiskinan tersebut sehingga dari proses refleksi yang partisipatif tersebut menghasilkan berbagai rumusan akar permasalahan, gejala-gejala, maupun dimensi-dimensi kemiskinan yang benar-benar factual dan spasial. Lebih lanjut, dalam PNPM dikenal dengan siklus Pemetaan Swadaya, esensinya pemetaan tersebut merupakan proses penggalian (pengidentifikasian) berbagai masalah baik menyangkut aspek ekonomi, social maupun permukiman/infrastruktur. Proses ini merupakan tahapan vital dalam kaitannya dengan perumusan rencana tindak lanjut untuk megatasi berbagai masalah tersebut.

Berikut ini adalah salah satu contoh urgensi dari proses Pemetaaan Swadaya (pengindentifikasian) masalah yang dilakukan secara otonom dan partisipatif oelh masyarakat melalui Relawan merupakan langkah awal menuju keberhasilan program/kegitan yang bermanfaat.

KETEPATAN DAN KEAKURASIAN PENGIDENTIFIKASI MASALAH ADALAH DASAR PERUMUSAN RENCANA TINDAK LANJUT YANG BAIK

Membanggakan dan selayaknya diberikan apresiasi lebih menyimak perjalanan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan BLM I PNPM Mandiri Perkotaan berupa Pembangunan Jembatan Plat Decker di Pekon Fajar Agung. Dilihat dari kondisinya, jembatan ini (kondisi lama) tidak layak pakai “sulit dilalui” padahal berlokasi pada status “jalan desa”. Dua hal mendasar tersebutlah yang melatarbelakangi usulan pembangunan jembatan (baru) tersebut, dimana hal ini sudah juga sudah terindenfitikasi dalam siklus pemetaan swadaya pada tahap-tahap/siklus yang telah dilakukan sebelumnya.

REVITALISASI PERAN MASYARAKAT DALAM BENTUK KSM KUNCI KESUKSESAN PROGRAM

Adalah KSM SURYA MANDIRI yang bertindak sebagai organisasi pelaksana kegiatan pembangunan jembatan tersebut. KSM Surya Mandiri terbentuk pada tanggal 15 April 2009 dengan Ketua Bapak Supono dengan anggota 5 (lima) orang dan beralamat di RT 03 Dusun I Pekon Fajar Agung. Berawal dari kepedulian terhadap kondisi dan permasalahan lingkungan/infrastruktur di Pekon Fajar Agung, Supono dan kelima anggota lainnya berkomitmen dan bersepakat untuk membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat di Pekon Fajar Agung, khususnya di wilayah Dusun I Pekon Fajar Agung. Bapak Supono dan kelima anggotanya nobatene adalah Relawan Pekon Fajar Agung yang telah mengikuti Pelatihan Relawan.

Dibutuhkannya jiwa-jiwa yang peduli, tanpa pamrih, jujur, dan ber tanggung jawab sebagai ‘ruh’ yang dibutuhkan program PNPM ternyata bukan sekedar ‘dongeng’ yang ada di alam idealita tetapi mampu dan nyata dapat kita jumpai pada alam realita, terutama dari Bapak Supono dan kelima para anggotanya.

Tak dapat dipungkiri, Pelatihan Relawan yang telah dilakukan pada masa-masa awal fase/siklus PNPM memberikan dampat tersendiri bagi para pesertanya. Berbagai topik/bahasan materi yang pernah didiskusikan pada pelatihan dahulu ternyata mampu dielaborasi dan intenalisasi oleh Bapak Supono dan kelima anggotanya. Bukan sekedar berefleksi secara kritis, sadar dan rasional terkait dengan berbagai permasalahan kemiskinan di lingkungannya, kelima orang tersebut juga mampu memproyeksikan rencana tindaklanjut/penyelesaian masalah, komitment dan action yang dibuktikannya dengan mengorganisir diri ke dalam kelompok, mengorganisir permasalahan di Dusun I dan ditindaklanjuti dengan mengajukan Proposal Kegiatan Pembangunan Jembatan Plat Decker di RT 3 Dusun I dengan dimensi fisik 4 x 6,35 m dan usulan pembiayaan BLM sebesar Rp. 9.701.000,-

MANAJERIAL ORGANISASI YANG BAIK SYARAT KESUKSESAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Sebagai bagian dari Tim yang melakukan verifikasi, justifikasi dan rekomendasi pengelolaan kegiatan, Tim 13 Faskel yang mendampingi Pekon Fajar Agung pada awalnya sempat sangsi dengan usulan tersebut berkaitan dengan besarnya dana yang diusulkan, mengingat dalam penilaian spesifikasi keteknikan dengan pertimbangan luas/dimensi, dan fungsi jembatan (jalur utama desa) idealnya pembiayaan untuk pembangunan jembatan tersebut minimal 15.000.000,- akan tetapi dengan adanya itikad, komitment dan perencanaan organisasi pelaksana kegiatan (KSM Surya Mandiri) khususnya dalam hal penggalangan sumber pembiayaan lain di luar BLM berupa Swadaya yang rasional akhirnya Tim 13 Faskel memberikan justifikasi dan rekomendasi bahwa pembangunan jembatan tersebut dapat dilaksanakan dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan teknis yang ada serta komitment adanya swadaya yang dibutuhkan.

Bebekal dari Usulan Kegiatan (Proposal) tersebut KSM Surya Mandiri yang dikomando oleh Bapak Suryono secara intensif melakukan Rapat Intern KSM untuk membahas dan mendisktribusikan fungsi dan peran kerja (job description) anggota kelompoknya. Bahasan utama dalam KSM ini diantaranya;

· Penyusunan Schedule (Jadwal Waktu) Pelaksanaan Kegiatan mulai dari; pembongkaran jembatan lama; pelebaran dan pendalaman kanal/sungai; pemasangan batu belah/pondasi; perangkaian anyaman besi cor, pengadukan dan pengecoran; pemasangan leneng; penimbungan hamparan tanah; dan pengecatan jembatan (finishing);

· Pembentukkan Tim Kerja Teknis Pembangunan; dalam hal ini ditunjuk antara lain masing-masing; Koordinator Pengadaan/Logistik/Material; Koordinator/Mandor Tenaga Kerja pelaksanaan kegiatan harian dengan penyusunan system penjadwalan gotong-royong warga per RT/hari;

· Pembentukan Tim Penggalang Dana; dalam hal ini dibentuk Tim Penggalang Dana yang dikoordinir oleh Bendahara dan Sekretaris untuk menggalang dana yang berasal dari Swadaya Murni Masyarakat dan Bantuan dari pihak-pihak lain/swasta/donator;

· Penyusunan Pola/Mekanisme Monitoring, Evaluasi dan Pemeliharaan dengan berkoordinasi dengan LKM melalui Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

Dengan dibentuknya sub tim tersebut, alhasil pelaksanaan pembanguna jembatan dapat berjalan dengan baik, sesuai rencana dan bahkan secara kualitas dan besaran pembiayaan mampu melebihi dengan apa yang sudah diusulkan dalam Proposal Kegiatan.

BUAH DARI KETEPATAN PENGIDENTIFIKASIAN MASALAH, KEPEDULIAN DAN KOMITMENT, SERTA PERENCANAAN YANG BAIK

Jembatan Plat Decker RT 03 Dusun I Pekon Fajar Agung mulai dibangun pada tanggal 19 Mei 2009 dan mampu diselesaikan pada tanggal 5 Juni 2009. Secara ‘fisik’ dimensi jembatan berukuran 4 x 6,35 m dimana dalam realisasinya tidak banyak mengalami perubahan, namun demikian secara ‘kualitas’ kondisi jembatan tersebut jauh melebihi standar spesifikasi maupun besaran pembiayaan yang dialokasikan dari BLM.

Bersasarkan hasil sertifikasi yang dilakukan oleh Satuan Kerja (Satker) PPK-PNPM Kabupaten Pringsewu dan Tim 13 Faskel Kabupaten Pringsewu, adanya peningkatan kualitas jembatan tersebut diantaranya adalah:

1. Adanya penambahan abutment (pasangan batu belah) yang pada dasarnya tidak teranggarkan pembiayaannya dalam stuktur pembiayaan BLM dengan kuota penambahan (swadaya) sebesar 2,4 M3 Batu Belah;

2. Pembangunan Leneng yang pada dasarnya tidak teranggarkan dan terspesifikasi secara teknis dalam struktur pembiayaan BLM dengan kuota penambahan (swadaya) sebesar 3 M3

3. Adanya Penimbunan Tanah di sekitar jembatan yang pada dasarnya tidak teranggarkan pembiayaannya dalam stuktur pembiayaan BLM dengan kuota penambahan (swadaya) sebesar 36 M3;

4. Teranggarkannya Penggunaan Mesin Pengaduk (Molen) Semen untuk pengecoran dimana dalam usulan kegiatan hanya dianggarkan penggunaan Tangan/Manual untuk pengadukan dengan nilai Rp. 500.000,-;

5. Tercapainya kualitas jembatan dengan nilai taksiran pembiayaan sebesar Rp. 21.000.000,-

Alhasil, bukan saja permasalahan keterbatasan mobilitas dan transportasi yang terselesaikan akan tetapi jika dicermati secara lebih holistic, pembangunan jembatan tersebut juga mampu memberikan kemanfaatan pada aspek-aspek kehidupan masyarakat Pekon Fajar Agung khususnya RT 03 Dusun I diantaranya:

· Dalam Perspektif Ekonomi; Pembangunan jembatan yang berada pada jalan desa tersebut akan mempermudah proses mobilisasi barang maupun jasa antar Pekon/Desa karena fungsinya yang juga menghubungkan dengan Pekon/Desa lainnya (Fajar Esuk)

· Dalam Perspektif Sosial; Pembangunan jembatan ini juga semakin memperlancar proses tranformasi informasi, khususnya antar warga Dusun/Lingkungan di Pekon Fajar Agung

· Dalam Perspektif Permukiman, Sarana dan Prasarana; Pembangunan jembatan merupakan solusi efektif menanggulangi banjir, khususnya di lingkungan jembatan tersebut berada dengan semakin lancarnya arus air yang melalui lorong jembatan.

· Dalam Perspektif Sosiologis; Pembangunan jembatan dengan nilai realisasi swadaya yang sangat tinggi ini dapat menjadi stimulant sekaligus pemacu bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya khususnya dalam hal pengelolaan pembiayaan

· Dalam Perspektif Manajemen dan Perencanaan; Pembangunan jembatan dengan kapasitas besar dengan schedule/jadwal yang sangat padat akan tetapi dapat direalisasikan juga menunjukkan bahwa manajemen organisasi pelaksana kegiatan benar-benar berfungsi dan dapat menjadi refleksi bagi organisasi pelaksana kegiatan-kegiatan lainnya.

TIADA MASALAH YANG TAK TERSELESAIKAN

Merefleksi dari proses pembangunan jembatan tentunya terdapat beberapa hal yang dapat kita ambil hikmahnya. Sekedar mengingatkan kembali bahwa kemiskinan merupakan masalah yang sangat komplek dan dimensional, bicara mengenai upaya penanggulangannya pun layaknya mengurai ‘benang kusut’ yang hampir tidak mungkin untuk dipecahkan apalagi dengan cara-cara yang konvensional. Namun demikian, dari perjalanan cerita tersebut, kemiskinan dalam konteks permukinan/infrastruktur setidaknya sedikit mampu terurai.

Pemetaan Swadaya yang dikenal dalam Siklus PNPM sejatinya adalah proses pengidentifikasian berbagai permasalahan yang benar-benar akurat, representative dan akomodatif karena masyarakatlah melalui Relawan yang melakukan proses tersebut. Bermodal dari daftar masalah tersebut, perencanaan tindak lanjut yang tepat dan komitment yang tulus yang termanifestasi dalam Kelompok Swadaya Masyarakat merupakan bentuk yang rasional dan efektif berfungsi sebagai motor pembasmi kemiskinan. Terakhir, tentunya menjadi dambaan bersama bila keteladanan dari proses pembangunan jembatan tersebut dijakikan sebagai bahan refleksi bagi pelaksanaan pembangunan/kegiatan-kegiatan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar