Rabu, 31 Maret 2010

NAFAS PEMBERDAYAAN DISELA-SELA DEADLINE

I. SEMANGAT WARGA PASCA SIKLUS

Semangat warga mengikuti Soswal

 
Antusias masyarakat menyambut kedatangan Program PNPM MPk dikecamatan Kedaton bermula dari penyerapan informasi berantai yang sempurna difase siklus.  Berangkat dari rasa ingin tahu dan memberi tahu antar sesama warga terhadap pentingnya substansi program dilanjutkan dengan hasrat mereka yang kuat untuk menjadi Berdaya-Mandiri-Madani ditambah dengan munculnya anak-anak muda dibarisan terdepan selaku motor penggerak,  sebuah parameter keberhasilan sosialisasi awal tentunya. Masyarakat kecamatan Kedaton sebagai suatu hegemoni yang besar, rupanya telah siap menyambut fase baru pasca siklus yakni : fase BLM. Kami sebagai Tim sadar,  bahwa kedepannya tantangan, hambatan dan rintangan telah menunggu. Sebuah konsekwensi logis didunia pemberdayaan. Satu hal yang terus memotivasi kami adalah : bahwa kelak permasalahan-demi permasalahan yang timbul adalah proses pembelajaran yang semakin mematangkan kami.

II. KONDISI RIIL DILAPANGAN ( kendala, tantangan dan solusi )

 Momen yang paling menarik dalam hal memfasilitasi PNPM MPk dilapangan ialah : kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi 1 menit kedepan, adakalanya sesuatu yang kita prediksi akan berjalan dengan baik dan lancar ternyata bermasalah dalam pelaksanaannya. Atau bisa jadi sebaliknya. Satu hal yang patut direnungi : bahwa betapapun beratnya problem yang dihadapi Tim, ada hikmah berikut pengalaman berharga.

Kedepannya dalam hal berinteraksi dengan warga : kalimat, sikap sarkastis dan perlakuan tendensius tak akan membuat personal Tim berkecil hati, sanjung puji tak akan membuat Tim bersombong diri.

 Berikut dibawah ini adalah beberapa kisah dilapangan   yang berkaitan dengan kendala, hambatan juga tantangan. Berkat kerja sama dan koordinasi dari seluruh pelaku PNPM MPk maka semuanya dapat terselesaikan secara tuntas. Ternyata disetiap permasalahan yang muncul selalu ada muatan pemberdayaan  didalamnya…………

INFORMASI SEPOTONG MELAHIRKAN PERSEPSI YANG SEPOTONG

Warga yang melontarkan kritik

 
“LKM dan UP-UP tidak adil dan pilih kasih! Seluruh RT telah menikmati kegiatan PNPM MPk kecuali RT kami. Kenapa RT kami selalu dianak tirikan?” Demikian ucapan kritis dari salah satu warga Kelurahan Kampung Baru   disela-sela Launching Kegiatan Fisik BLM Termin ke II diaula Kelurahan. Karuan saja audience yang hadir tidak suka dengan cara sibapak yang tiba-tiba menginterupsi jalannya acara. Kemudian Tim beserta dengan Koordinator LKM mencoba untuk mengklarifikasi lebih lanjut.

 Ternyata permasalahan bermula sebelum Lokakarya PJM. RT ditempat bapak ini sama sekali tidak mengutus delegasinya guna menyampaikan usulan kegiatan. Saat itu Tim 10 beserta LKM telah berusaha menjemput bola untuk menyambangi RT tersebut diatas guna merekap data yang dibutuhkan. Namun hingga hari H pelaksanaan, tidak ada delegasi berikut data yang dipinta dari RT sibapak sehingga LKM beserta warga manarik kesimpulan bahwa ditempat beliau tinggal, warga tidak membutuhkan kegiatan apapun. Setelah melalui penjelasan panjang lebar dari Tim-LKM dan UPL, sibapak dan warga yang hadir mengerti akan pentingnya kehadiran perwakilan-perwakilan warga ditiap event besar PNPM MPk.

 

KOORDINATOR LKM YANG MENANGIS DIHADAPAN KAMI

Kami melakukan double job! Ya, selaku motivator layaknya Mario Teguh! Keadaan menuntut kami harus bisa memotivasi spirit mitra kerja kami ( LKM, Up-UP, KSM, relawan dan warga ) diseluruh wilayah dampingan. Berikut salah satu satu kisahnya..........

 Siapa nyana seorang Koordinator LKM yang ulet dan kuat mental bisa menangis dihadapan fasilitator? Peristiwa unik ini terjadi disalah satu wilayah dampingan kami. Kala itu kami tengah disibukkan dengan Dead Line BLM. Termin II. Proposal, LPJ, Dokumen Pencairan serta RPD menjadi target utama kami untuk sesegera mungkin diselesaikan. Kebetulan Koordinator LKM kami ini seorang wanita rumah tangga yang sangat mobile dan aktif. Dia tidak pernah bisa duduk berdiam diri seraya memberikan instruksi. Singkat kata, karena terlalu asyik bekerja, sang suami marah besar! Keluar dari PNPM menjadi harga mati bagi sang Koordinator, demikian instruksi dari suami tercinta. Koordinator LKM  mencurahkan isi hatinya didepan kami sambil menangis tersedu-sedu. Yang kami khawatirkan saat itu adalah si Koordinator LKM adalah icon dikelurahan. LKM, UP-UP juga warga amat senang akan eksistensinya. Substansi PNPM yang dimiliki juga cukup mumpuni. Sehingga dapat dibayangkan apabila dia keluar dari program ini.

             Segera kami bersilaturahmi kerumah Koordinator LKM dan berkonsultasi dengan suaminya. Kami memohon pengertian sang suami dengan amat sangat bahwa segala aktivitas istrinya dilapangan adalah positif. Kami juga memotivasi sisuami agar mendukung istrinya selaku “The New Rising Star” dikelurahan. Akhirnya sisuami mengerti bahkan merasa bangga karena istrinya selaku koordinator LKM sudah mengharumkan nama kelurahan serta mendapatkan respek dari Tim Fasilitator khususnya warga setempat. Adapun motivasi kami untuk Koordinator ialah agar dirinya terus semangat beraktivitas serta pandai membagi waktu antara “mengurus PNPM” dan “mengurus suami.”

FASILITATOR VS “ PARA PENEMBAK JITU”

Dua Tomas pria yang pro aktif

 
        Sering kali dalam tiap pertemuan yang bersifat Big moment atau Main Event PNPM MPk diwilayah kami, hadir disana beberapa Tomas dan Toga[1] berpengaruh yang disegani warga. Yang cukup merepotkan kami, umumnya beliau-beliau ini “Show off”  memperlihatkan powernya didepan publik. Tak segan mereka beralih fungsi menjadi penembak jitu mengkritisi Fasilitator atau Juklak-juknis PNPM MPk dengan kata-kata yang cukup memerahkan kuping. Apabila kemudian fasilitator terlihat grogi, tidak menguasai materi dan gugup, maka mereka terlihat sangat puas. Suatu ketika pernah kami melaksanakan sosialisasi awal disalah satu wilayah dampingan dan menjumpai Tomas dan Toga dengan “style” tersebut diatas. Merasa tidak setuju dengan konsep PNPM MPk yang menurut mereka bertele-tele, mereka mempengaruhi warga yang hadir, menuntut agar dana PNPM segera dicairkan dan dibagi rata perlingkungan! Biarlah mereka sendiri yang menentukan apa-apa saja yang dibutuhkan diwilayahnya. Suasana menjadi gaduh, kami satu Tim susah payah mengendalikan jalannya rembug. Warga yang sudah terprovokasi memojokkan kami dengan  kata-kata yang tidak senonoh. Nyaris emosi kami terpancing. Bagaimana tidak? Kami datang dengan sopan serta menuturkan RKTL siklus dengan santun kepada warga, namun kehadiran tiba-tiba oknum Toga dan Tomas tersebut diatas memperkeruh suasana. Untungnya kami mampu menahan sabar untuk tidak mengeluarkan statement keras. Kami mengerti  kode etik, konsekwensi dan resiko pekerjaan kami saat berhadapan dengan masyarakat. Kemudian rembug menjadi deadlock.   

 Keesokan harinya kami berinisiatif untuk berkonsultasi dengan Askot CD-1   ( Pada saat itu dijabat oleh bapak Agus Tubagus, S.Sos ) kemudian kami menyambangi pula tokoh terpandang lainnya dikelurahan setempat guna meminta pendapat dan saran. Salah satunya ialah Drs. Bambang Soedibyo. Alangkah terkejutnya kami mendengarkan penuturan beliau bahwa oknum Tomas dan Toga tersebut diatas ternyata sama sekali tidak memiliki itikad buruk! Mereka hanya sekedar ingin diakui eksistensinya didepan umum yang “terancam” dengan kehadiran anak-anak muda pembawa bendera PNPM MPk kewilayah teritorinya! “Orang-orang ini adalah pinisepuh dan para tetua kampung. Hargai dan hormati mereka dengan cara proporsional, semua permasalahan pasti terselesaikan! Hal ini dapat diterapkan diseluruh tempat dan waktu! Coba Buktikan sendiri…” lanjut pak Bambang. Beberapa waktu kemudian ketika ada pertemuan besar dengan warga ditempat yang sama, kami betul-betul menerapkan input berharga ini. Setelah kami mempresentasikan substansi PNPM MP didepan forum, oknum Tomas dan Toga yang sama telah bersiap-siap memposisikan diri sebagai Sniper, memasukkan peluru dan membidik kami dengan kritik, pertanyaan serta pernyataan tendensius. Segera kami angkat mereka, kami nyatakan betapa eksistensi mereka sangat dibutuhkan dalam meningkatkan citra kelurahan melalui Program PNPM MPk. Tanpa keberadaan mereka, tentunya kondisi ideal akan sulit tercapai. Luar biasa! Suasana seketika menjadi cair! Bahkan kini mereka sangat pro aktif untuk berkoordinasi dengan kami, bahkan menjadi garda terdepan dalam hal menasehati warga serta elemen-elemen PNPM terkait agar jangan melenceng dari koridor program.

“Tinggalkan kesan baik saat jumpa pertama dengan warga ( Sosialisasi Awal ). Bersikaplah santun seperti layaknya seorang tamu bukan seperti tuan rumah. Mereka pasti akan menaruh respek. Satu hal lagi, kuasai substansi dan sampaikan dengan cara yang luwes, jangan pernah mencari musuh diwilayah dampingan!” [2]


DUTA PERDAMAIAN SAAT PERANG DINGIN

      Saat pelaksanaan termin ke II mulai berjalan, beberapa staff LKM wilayah  dampingan kami diundang kekantor kelurahan. Setelah berkoordinasi ringan, ibu Lurah menawarkan channelnya kepada LKM berupa pendelegasian beberapa orang tenaga ahli terkait pembuatan sumur bor dengan harga yang miring. Harapan kedepan, dana BLM bisa dihemat dan dialokasikan untuk kegiatan Sosial / Fisik lainnya. Hal ini menurut ibu Lurah perlu, mengingat animo warga yang sedemikian antusias. LKM kala itu tidak memberikan jawaban. ”Akan dikoordinasikan ke TF, UPL, KSM dan warga” jawab mereka. Ibu Lurah menunggu jawaban LKM sesegera mungkin. Kesibukan LKM kala itu memang luar biasa! Monitoring kegiatan berikut cross check ( kesesuaian R.A.B dengan kondisi fisik ) menjadi prioritas utama. Justru inilah awal mula masalah! Demikian sibuknya LKM hingga lupa menjawab tawaran ibu Lurah! Sementara pekerjaan sumur bor telah berjalan dan dihandle oleh KSM. Ibu Lurah menaruh syak wasangka bahwa inputnya sengaja dipandang sebelah mata alias diremehkan oleh LKM. Beliau marah besar. Entah darimana, tiba-tiba muncul rumor tak sedap bahwa sesungguhnya LKM terlanjur “main mata” dengan KSM sumur bor, sehingga enggan berkoordinasi dan menjawab bargaining orang nomor satu dikelurahan.  Seperti api disiram bensin, LKM pun merasa tersinggung dengan rumor ini. Mereka beranggapan isu ini datangnya dari pihak kelurahan. “Keterlaluan mas! capek-capek kami kerja siang malam nggak ngarepin imbalan yang penting warga kami dapat bantuan, tapi kok ya justru fitnah yang kami dapet? Kami nggak terima!” ujar salah satu personil LKM kepada kami. Sejak saat itu LKM dan Kelurahan melancarkan aksi “perang dingin.”

Sejatinya konflik ini bukanlah tipikal real deal conflict, mengingat tidak adanya kaitan secara langsung terhadap substansi. Namun demikian apabila permasalahan ini dibiarkan berlarut-larut maka dampaknya akan berakibat luas. Tim melihat bahwa satu-satunya figur yang disegani oleh dua lembaga elit level Kelurahan ini hanyalah ibu Niken Rahayu selaku PJOK Kecamatan. Segera kami menghadap beliau, berkoordinasi dan mengharapkan kesediaan beliau untuk memediasi pertemuan antara LKM dengan pihak Kelurahan mengingat keadaan semakin meruncing dengan enggannya ibu Lurah untuk menandatangani dokumen-dokumen penting PNPM MPk. “Sebelum LKM meminta maaf kepada saya secara terbuka didepan warga, saya tidak mau tanda tangan seluruh dokumen PNPM, titik…” ujar bu Lurah.

Seperti yang telah Tim duga sebelumnya, kehadiran PJOK membuat suasana menjadi sejuk. Dengan gayanya yang bersahaja beliau menegaskan bahwa permasalahan ini hanya misskoordinasi saja. Pantaskah Stake Holder dan LKM selaku bagian dari keluarga besar PNPM MPk saling bersitegang satu sama lain? Lalu bagaimana dengan warganya? Demikian inti dari wejangan PJOK. Kami yang hadir merasa tersentuh. Tim bersyukur, karena semenjak peristiwa berharga tersebut, hubungan antara LKM dan pihak Kelurahan bertambah harmonis. Bahkan rapat-rapat besar PNPM MPk macam Launching BLM dan rembug warga  kini selalu dilaksanakan diaula Kelurahan.

  

III. INILAH PEMBERDAYAAN…….! INILAH  PEMBERDAYAAN…….!              

 Merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Tim ketika pelaksanaan kegiatan PNPM MPk diseluruh wilayah dampingan berjalan dengan baik dan lancar. Apalagi ketika masyarakat sadar akan esensi program. Disetiap kegiatan Tridaya dimasing-masing kelurahan yang kami dampingi, terdapat spirit  pemberdayaan yang cukup membanggakan untuk diceritakan. Kesemuanya ini bukan karena hebatnya sosialisasi yang disampaikan oleh Tim Fasilitator, melainkan lebih didasari oleh semangat serta kemauan yang kuat dari internal masyarakat untuk bersama-sama berubah menuju kearah yang lebih baik ( Berdaya – Mandiri - Madani ), seperti halnya beberapa kisah dibawah ini :

    

TIDAK MENGENAL TUA-MUDA, PRIA-WANITA, MISKIN-KAYA

Pelaksanaan kegiatan Sumur bor termin ke II dikelurahan Kampung Baru berjalan sangat fenomenal, warga secara bersama-sama terjun kelapangan memberikan bantuan fisik maupun materi. Suasana gotong royong begitu kental terasa. Ibu-ibu pemilik warung nasi dan jajanan tanpa dikomando menyuguhkan kopi serta cemilan secara gratis kepada para relawan! Mereka tahu persis bahwa makin cepat sarana sumur bor berdiri, maka makin mudah mereka memperoleh air bersih yang selama ini jadi permasalahan bersama. Buah manis yang warga rasakan pasca kegiatan selesai ialah berkunjungnya bapak Walikota Bandar Lampung untuk meresmikan sarana sumur bor tersebut.[3]

TERBENTUR MASALAH DANA ? YA SWADAYA ! 

Pelatihan Tata Boga, Pernak-Pernik serta Bordir dikelurahan Surabaya sangat menarik minat ibu-ibu. Peserta yang hadir dengan tekun mengikuti bimbingan yang diarahkan oleh tutor. Ketika pelatihan telah selesai, ibu-ibu yang tetap semangat ini berinisiatif untuk terus melanjutkan kegiatan. Namun dana BLM telah terserap habis, yang tersisa hanya aset-aset Pelatihan kegiatan. Ibu-ibu berembug melibatkan LKM. Intinya Pelatihan harus tetap berjalan, dana akan disiapkan dengan cara swadaya bersama. Hasilnya? Kegiatan pernak-pernik, bordir serta tata boga terkonsentrasikan pada suatu tempat layaknya Mini Home Industry, bahkan hasilnya sudah bisa dikomersilkan! Puncak prestasi para Megawati Kelurahan Surabaya ini ialah saat Walikota Bandar Lampung dalam kunjungan resminya turut mencicipi kue buatan KSM Tata Boga.    

SANG PENJELAJAH

Andi  berbaur dengan KSM

 
Adalah Andi Wahyudi, anak muda Kelurahan Kedaton yang sangat antusias mengikuti program PNPM MPk semenjak dari fase siklus hingga BLM. Mobilitasnya begitu tinggi. Berinteraksi dengan Tim, LKM dan warga penerima manfaat adalah kebiasaan sehari-harinya. Predikat Andi sebagai motor penggerak mendapatkan apresiasi dari LKM, sehingga dirinya diberi amanah untuk mejabat UPL. Kami selaku tim menaruh respek yang besar pada Andi dalam hal kecerdasan, keuletan serta keperduliannya terhadap lingkungan.

Sering kali person yang bersangkutan koordinasi ke Base Camp, menanyakan semua hal-hal baru yang belum ia mengerti pada kami. Tak heran kian hari, substansi Andi tentang PNPM MPk semakin bertambah. Keberadaannya yang cekatan dan hapal seluruh titik-titik penting lokasi kegiatan sangat membantu Pak Johny Pasaribu selaku Koordinator LKM.  

Seorang Andi kerap kali melakukan uji banding kekelurahan lain untuk mengcross check pekerjaan fisik melalui tanya jawab dengan LKM, UPL serta warga. Karena pembawaannya yang supel, maka tak heran bila kenalannya di PNPM MPk demikian banyak, baik diwilayahnya sendiri maupun dikelurahan yang lain. Selaku UPL, Andi termasuk ringan tangan. KSM manapun yang ia temui selalu diajak berkonsultasi seputar permasalahan tekhnis. Tak segan-segan Andi turun tangan langsung dan berbaur dengan anggota KSM seperti yang terlihat pada dokumentasi diatas.

Tim 10 melihat sosok Andi sebagai “aset berharga.” Sebab itu kami mentransfer : substansi Tridaya, teknis sosialisasi, pembuatan proposal berikut LPJ kepada Andi. Pertimbangan kami ialah dia pasti menularkan kembali apa yang telah ia peroleh kepada seluruh warga, terutama kepada anak-anak muda. Harapan LKM dan Tim 10  : bahwa Kelurahan Kedaton kedepannya kelak memiliki Andi-Andi yang lain……….[4]

 V. PENUTUP

           Semoga paparan kisah-kisah bernafaskan pemberdayan dari Tim 10 diatas menjadi sebuah pengalaman berharga bagi seluruh pelaku PNPM MPk dimana saja berada. Paparan kisah diatas sekaligus menjadi motivasi serta otokritik bagi Tim ini, agar kelak kedepannya kami semakin matang dan dewasa, baik dalam segi substansi, progress maupun interaksi sosial dilapangan, Amiin.



[1] Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

[2] Bapak Agus Tubagus S.Sos ( kini Koorkot-I ), medio pertengahan tahun 2008

[3] Dideskripsikan secara khusus dalam Best Practise sub : Infra Struktur  “ SWADAYA FULL, SUMUR BOR MUNCUL…!! ” menitik beratkan tema pada sisi pemberdayaan dalam hal gotong royong serta kesesuaian kegiatan dengan pattern MDG’s dibidang kesehatan.  ( Dedicated to Askot Infra Struktur:  Mrs. Mardiana ST. In progress status.With 5W+1H thus Hyperbolic Concept and  exclusive interview methods ) 

[4] Profil saudara Andi Wahyudi dideskripsikan secara khusus dalam Best Practise                            “ SANG PENJELAJAH ” bertemakan eksistensi relawan penggerak yang memiliki mobilitas tinggi / The Voyager.  (Still in progress, Based on 5W+1H Concept with exclusive interview methods ) 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar